Dalam sebuah organisasi atau tim, penting untuk menyadari dan bertindak ketika impostor syndrome menyerang karyawan.
Impostor syndrome secara tidak langsung dapat memengaruhi kinerja karyawan secara positif dan negatif. Untuk menghindari dampak negatif, mari kenali lebih lanjut apa yang dimaksud dengan impostor syndrome.
Definisi Impostor Syndrome
Impostor syndrome adalah sebuah fenomena psikologis yang bisa terjadi ketika seseorang mulai meragukan apa yang telah ia capai. Berbagai pencapaian yang telah didapat justru membuat mereka merasa tidak cukup baik, bahkan tidak pantas mendapatkannya.
Pola pikir yang seperti bumerang itulah yang membuat individu dengan impostor syndrome merasa seperti seorang penipu.
Sindrom ini akan menyebabkan munculnya rasa cemas, rendah diri, dan depresi. Biasanya sindrom ini umum terjadi pada orang-orang yang memiliki prestasi tinggi.
Sindrom ini bukanlah diagnosis resmi, namun merupakan sebuah fenomena yang nyata dan menyebabkan penderitaan yang signifikan bagi yang mengalaminya.
Menurut Susan Albers, seorang psikolog, impostor syndrome membuat semua orang tahu persis apa yang mereka lakukan tapi tidak dengan individu yang bersangkutan.
Menurutnya, bagian terburuk dari sindrom ini adalah dapat dengan mudah berubah menjadi sebuah siklus dengan konsekuensi negatif yang serius.
Dengan mengenali gejala dan solusi untuk melewati sindrom ini dapat menghentikan seseorang yang mengalami impostor syndrome ini.
Ada beberapa tanda dan gejala utama yang mungkin dapat menunjukkan bahwa seseorang menderita sindrom ini, yaitu:
- Merasa seperti penipu
- Meragukan diri sendiri dan merasa tidak aman
- Takut akan kegagalan
- Perfeksionis
- Sulit menerima pujian
Semua orang pernah mengalami sindrom ini, bahkan Einsten sekalipun mengalaminya. Sehingga gejala ini bukanlah sesuatu yang salah.
Namun, impostor syndromeーwalau sedikitーakan memengaruhi pekerjaan Anda.
Kurangnya kepercayaan diri dapat memperlambat pekerjaan kita atau sering kali membuat kita merasa tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Selain itu, perasaan cemas dan tidak nyaman dengan karyawan lain akan membuat mereka mengasingkan Anda, menyebabkan kesalahpahaman, hingga tidak konsistenan yang besar dalam bersosialisasi di kantor.
Rasa perfeksionis dalam diri akan membuat pekerjaan Anda selesai lebih lambat bahkan sering mengulangi pekerjaan yang sama untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Walau kesempurnaan itu bagus, hal ini akan merugikan Anda dalam mencapai sesuatu.
Bagaimana Leader atau HR Mengenali Karyawan dengan Impostor Syndrome?
#1 Bekerja Tanpa Lelah
Salah satu ciri awal dari impostor syndrome yang perlu dikenali oleh HR adalah seseorang yang mungkin datang lebih awal atau lembur setiap hari, bekerja selama waktu istirahat makan siang, atau menghadiri semua rapat opsional di kantor.
HR dan pemimpin perusahaan perlu memerhatikan sikap karyawan di kantor untuk mengenali lebih awal ciri dari sindrom ini.
#2 Menyalahkan Diri Sendiri Atas Kesalahan Kecil
Karyawan yang sering menyalahkan diri sendiri juga jadi salah satu ciri dari impostor syndrome.
Mereka biasanya mengejar kesempurnaan, sehingga ketika mengalami kesalahan kecil, maka mereka akan menyalahkan diri sendiri.
#3 Menganggap Jabatan saat ini Tidak Layak
Seseorang yang mengalami impostor syndrome sering memiliki perasaan bahwa mereka tidak pantas dengan posisi yang mereka dapatkan sekarang.
Mereka biasanya memiliki perasaan seperti sedang membodohi atasan atau rekan kerja atas posisi tersebut.
#4 Beranggapan Orang Lain Lebih Kompeten
Sekali lagi, penderita gejala ini merasa kalau hasil kerja mereka tidak cukup baik. Maka, otomatis pikiran mereka beranggapan bahwa orang lain lebih kompeten dibanding dirinya.
#5 Sulit Menerima Pujian
Cobalah lihat rekan kerja Anda, apakah salah satu di antara mereka sulit menerima pujian?
Jika iya, berarti mereka sedang mengalami impostor syndrome dan menganggap pekerjaan mereka tidak cukup baik sehingga tidak pantas mendapatkan sebuah pujian.
Dari ciri-ciri di atas, individu dengan gejala penipu bisa dirangkum dalam lima tipe, yaitu:
- Si Perfeksionis
- Si Pakar
- Si Pahlawan Super
- Si Soloist
- Si Jenius Alami
Langkah Leaders atau HR Membantu Karyawan dengan Impostor Syndrome

Menetapkan Tujuan Kerja
Pastikan karyawan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan mereka setuju dengan tujuan yang harus dicapai tersebut.
Perusahaan bisa menetapkan SMART bersama dengan setiap anggota tim. Selain untuk meningkatkan produktivitas dan motivasi, cara ini dapat mengakhiri sindrom penipu yang dialami karyawan.
Setelah menetapkan tujuan kerja, Anda bisa mencoba untuk menemukan cara agar lebih dekat dengan karyawan.
Anda bisa menawarkan bantuan dan sumber daya tambahan untuk membantu karyawan dalam meningkatkan kinerja.
Memberikan Pujian
Tidak semua orang bekerja keras untuk mendapatkan uang, ada juga karyawan yang ingin mendapatkan pujian. Ini menjadi sifat dasar manusia yang sederhana.
Bahkan hal ini juga terjadi pada karyawan yang produktif dan prestasi sekalipun.
Sehingga, memberikan pujian atau penghargaan yang nyata kepada karyawan jadi salah satu hal yang termudah untuk mengatasi masalah sindrom penipuan ini.
Bangun Budaya Umpan Balik
Menciptakan budaya umpan balik merupakan solusi terbaik untuk mengatasi impostor syndrome.
HR menjadi lebih bisa mengenali lebih dalam karyawan perusahaan Anda dan mengidentifikasi kebutuhan mereka atau bahkan masalah yang mungkin dihadapi.
Ketika feedback menjadi bagian dari perusahaan, maka akan memudahkan interaksi dengan karyawan. Mereka akan lebih mudah terbuka dalam berbagi ide proyek yang sedang dikerjakan.
Adanya umpan balik dapat mengatasi impostor syndrome karena akan mengarahkan kepada perbaikan terus-menerus. Karyawan akan menyadari bagaimana saran dapat mengarah pada peningkatan kinerja seluruh tim.
Memanfaatkan Penilaian Berbasis Kemampuan
Impostor syndrome sering kali merupakan indikator bahwa karyawan merasa telah melampaui kemampuan mereka atau perlu diingatkan tentang kemampuan mereka.
HR bisa memanfaatkan penilaian berbasis kemampuan ini untuk membuat sebuah dialog pengembangan yang terbuka kepada karyawan.
Hal ini akan membuat karyawan yang memiliki keraguan diri mudah berbagi dan membangkitkan rasa percaya diri.
Bangun Komunikasi Internal yang Jujur dan Terbuka
Salah satu kunci agar HR mampu mengatasi impostor syndrome adalah dengan membangun komunikasi internal yang baik.
Inilah mengapa tim HR perlu mengatur komunikasi yang tepat untuk mengakhiri impostor syndrome.
Cara ini juga menjadi langkah yang tepat untuk lebih dekat dengan tim, mengetahui kebutuhan rekan kerja, dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka.
Mendorong Pengembangan Karyawan
Mempromosikan pengembangan karyawan juga akan membantu untuk mengatasi sindrom ini.
Selain memberikan arahan, membangun rencana pengembangan dengan masing-masing karyawan akan membantu mereka dalam memahami diri lebih dalam mulai dari kekuatan, kelemahan, dan tujuan jangka panjang.
Membantu Karyawan Mencapai Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Impostor syndrome adalah kondisi psikologis yang memengaruhi kesehatan mental karyawan dan menyebabkan kelelahan di tempat kerja.
Inilah saat yang penting bagi HR dalam membangun ruang kerja yang sehat dan aman.
Beberapa cara di bawah ini adalah beberapa praktik yang bisa dilakukan untuk membangun lingkungan yang aman dan sehat:
- Mempromosikan keseimbangan kehidupan kerja.
- Menawarkan tunjangan yang menarik dan bermanfaat untuk karyawan.
- Menawarkan fleksibilitas dan mempromosikan kerja cerdas.
- Kemudahan alat dan teknologi bagi karyawan untuk memberikan umpan balik kepada perusahaan dan mengungkapkan kekhawatiran tentang pekerjaan.
- Mempertimbangkan umpan balik yang diberikan karyawan untuk meningkatkan budaya perusahaan.
- Mengatur kegiatan dalam membangun tim.
Jika seorang karyawan memiliki tingkat sindrom yang tinggi, maka sebaiknya mintalah bantuan profesional dari psikolog atau memberikan mereka libur beberapa hari untuk mendapatkan kembali ketenangan diri.
Penutup
Impostor syndrome adalah hal umum yang terjadi di kalangan karyawan, terutama bagi mereka yang memiliki prestasi di pekerjaan.
Sindrom ini biasa dialami dari harga diri yang rendah, lingkungan kerja yang tertutup, atau lingkungan kerja dengan jenis keragaman yang tampil all-inclusive.
Para pemimpin perusahaan dan HR harus mampu mengenali karyawan yang memiliki sindrom ini. Perusahaan harus memprioritaskan kesejahteraan mental karyawan dengan berinvestasi dalam lingkungan kerja yang nyaman.
Leave a Reply