Problematika dunia kerja seperti tak ada habisnya. Tak sedikit karyawan yang mengeluhkan tugas, kontrak kerja bermasalah, hingga bingung terhadap perilaku atasannya.
Dalam kondisi seperti itu, seseorang ingin berbagi cerita atau curhat kepada sahabat atau rekan kerja. Terkadang, ia tak segan untuk curhat di media sosial dan dari sanalah ia menemukan orang-orang yang senasib dan sepenanggungan.
Kehadiran hrdbacot mempertemukan keluh-kesah karyawan seantero Nusantara. Bahkan akun ini menjadi sistem pendukung para pekerja di media sosial, seperti Twitter, Instagram, TikTok, hingga Threads.
Ikuti perbincangan kami dengan dua orang pengelola akun media sosial, hrdbacot, yang paling interaktif membahas tentang karier dan dunia kerja, Kamis (16/02/2023), di Jakarta.
Curahan Hati Seorang HRD
Pembuatan akun hrdbacot berawal dari iseng-iseng saja dan ditambah lagi waktu itu saya sedang kesal kepada atasan saya.
Jadi, saya berniat menceritakan kekesalan tersebut di media sosial, tetapi ketika itu tidak banyak karyawan yang melakukannya. Hanya saja, saya sadar bahwa jejak digital bersifat abadi, sehingga mengurungkan niat tersebut.
Kalau saat ini, menceritakan hal pribadi di internet itu mudah, yah. Kita tinggal menulis, “Saya dizalimi oleh perusahaan,” tunggu beberapa saat lalu viral.
Di sisi lain, saya tidak ingin burn the bridge, terlebih jika tetap ingin berkarier di bidang human resource.
Melihat banyak kasus viral yang terjadi di media sosial, tak sedikit pihak yang menghindari berhubungan dengan seseorang yang menjadi whistle blower.
Seperti di serial drama Korea, karyawan yang menjadi whistle blower tidak dapat bekerja di perusahaan lain. Mereka takut jika terjadi masalah sedikit, yang bersangkutan akan koar-koar di media sosial.
Jadi, salah satu jalan adalah kami membuat hrdbacot. Nama itu diberikan oleh salah satu influencer.
Kalau bukan karena ide dia, hrdbacot tidak bisa berada di sini. We’re forever grateful buat dia.
Pada kemunculan pertama, kami masih anonim karena takut dianggap negatif oleh perusahaan. Semakin hari, banyak warganet yang bertanya tentang hal yang berkaitan human resource, termasuk masalah ketenagakerjaan.
Sekarang kami memberikan informasi yang dibutuhkan oleh semua angkatan kerja di Indonesia.
Menurut kami, hal-hal yang seharusnya diketahui oleh para karyawan, tetapi mereka justru tidak mengetahui. Contohnya, membuat cv (curriculum vitae), proses interview, dan etika kerja.
Kalau dihitung ke belakang, hrdbacot muncul pertama kali di Twitter pada Februari 2019. Jadi, kami sudah berusia empat tahun.
hrdbacot Lihat Kemunduran Sumber Informasi Dunia Kerja
Berawal dari laman forum diskusi
Kami melihat informasi tentang dunia kerja di internet justru mengalami kemunduran.
Dulu, terdapat laman forum diskusi besar di Indonesia yang menyuplai semua informasi tentang pekerjaan per perusahaan.
Misalnya, jika seseorang ada panggilan kerja di PT A dan PT B, ia bisa mencari informasi di forum tersebut dan di sana sudah tersedia thread masing-masing perusahaan.
Ketika BPJS Ketenagakerjaan akan melakukan rekrutmen, forum itu juga mempunyai thread dan diskusinya sangat ramai. Di sana member berbagi info proses rekrutmen, mencocokkan jadwal tes, testimoni setelah ikut tes, bahkan informasi gaji.
Ketika saya masih fresh graduate dan mendapatkan undangan interview dari perusahaan A, saya baca reviu di forum tersebut.
Sekitar 2019, popularitas forum itu menurun dan banyak ditinggalkan oleh anggotanya. Informasi tentang dunia kerja menjadi terpecah. Kondisi yang sama juga terjadi di LinkedIn.
Tidak ada pula content creator yang membicarakan tentang karier di media sosial, sehingga tidak ada wadah bagi job seeker untuk mencari informasi selengkap forum tadi.
Sekitar dua tahun belakangan, ada beberapa perusahaan yang membuat komunitas di dalam platform rekrutmen mereka. Hal itu mirip laman forum diskusi kala itu.
Informasi tentang HR
Sementara itu, tidak banyak perkembangan mengenai bidang human resource.
Lingkup HR itu niche. Kalau HR muda ingin masuk ke komunitas HR, mereka harus mengetahui nomor WA admin dan mengisi formulir pendaftaran.
Saat ini, belum banyak komunitas HR yang rutin membuat konten di media sosial.
Hal itu mungkin dikarenakan mereka sibuk atau tidak tahu cara memulainya, karena membuat konten perlu skill menulis, desain, dan video making. Sedangkan menulis di media sosial tidak segampang yang kita lihat.
Jika semakin banyak content creator HR, itu akan semakin bagus. Karena masing-masing industri memiliki standar, best practice, dan masalah berbeda.
Kehadiran kami tidak bisa meng-cover semua industri. Akun hrdbacot hanya berisikan sembilan orang. Jadi, kami tidak memahami semua masalah ketenagakerjaan yang tidak.
Misalnya, creator yang khusus membahas peraturan ketenagakerjaan lebih andal menjawab jika ada warganet yang menulis, ‘Peraturan ini benar atau tidak? Karena yang terjadi di lapangan tidak seperti ini.’
Warganet membutuhkan validasi informasi, padahal sumber yang digunakan oleh creator itu undang-undang, di mana semua pihak wajib menaati. Meskipun ada kemungkinan bahwa praktik di lapangan tidak seperti itu, karena ada perusahaan yang tidak patuh terhadap undang-undang.
Bagaimana hrdbacot Memberikan Informasi Di Media Sosial?

Dalam memberikan konten, kami memiliki batasan. Karena kami tidak mempunyai kompetensi di segala bidang serta menghindari hal-hal berisiko.
Misalnya, kami tidak ada kapasitas untuk memberikan advokasi atau konsultasi hukum terhdap kasus yang melibatkan banyak kepentingan dan kasus yang sudah berada di ranah hukum.
Mengapa kami bersikap seperti itu? Karena kami khawatir, jika ada pihak yang menerima konten kami “mentah-mentah”, lalu ia gegabah mengonfrontasi ke perusahaan, dan membawa nama kami. Imbasnya, kami yang akan disalahkan.
hrdbacot terima curhat dan ancaman
Terkadang, kami membantu untuk menaikkan kasus karyawan di media sosial dan menawarkan koneksi ke lembaga bantuan hukum.
Jika ia sudah memperoleh pertolongan dari lembaga bantuan hukum , kami tidak akan mencampuri kasusnya.
Di media sosial, kami kaget ketika mendapatkan notifikasi, tagging, atau direct message warganet yang menceritakan masalahnya.
Itu artinya, mereka willingly ingin berbagi cerita. Biasanya, mereka meminta anonim sehingga kami akan menyembunyikan nama akun mereka.
Kami memiliki tim legal yang bertugas untuk mereviu konten sebelum diunggah di media sosial. Hal ini untuk menghindari kesalahan informasi.
Selain itu, kami juga menerima email dan direct message yang berisi ancaman akan melakukan somasi ke @hrdbacot.
Biasanya, yang melakukan seperti itu perusahaan lama atau perusahaan milik perorangan yang mengancam somasi, tetapi hanya angin lalu saja.
Ancaman itu berkaitan dengan konten yang kami unggah atau informasi yang kami komentari. Padahal kami sudah menyensor konten atau informasi tersebut.
Jadi, kami beranggapan bahwa jika mereka melakukan somasi, sebenarnya mereka mengakui kesalahan mereka. Kami tidak disclose nama perusahaan maupun oknumnya.
Beberapa waktu lalu, kami pun sempat membahas pelaku kecurangan tes BUMN.
Nah, ada seseorang yang mengirimkan direct message ke @hrdbacot. Dari tulisannya, itu menandakan ia marah dan menyebutkan ingin membawa kami ke jalur hukum.
Kalau ia curang, lalu ingin menuntut kami, berarti yang kami bahas benar adanya, dong. Akun itu lucu, sih. Orang yang salah bisa lebih galak di sini.
Tidak untuk menggurui
Ketika awal membuat @hrdbacot, ada salah seorang senior yang mengatakan, “Akun ini harus mempersiapkan dan mencerdaskan anak bangsa supaya lebih siap kerja.”
Wah, harapannya berat sekali. Padahal ini adalah akun yang isinya lucu-lucuan. Kami mendirikan @hrdbacot tidak untuk menggurui karyawan.
Kami membawa isu dunia kerja ke arah komedi. Karena karyawan sudah stres kerja, kalau kami memberikan konten yang menggurui, apa mereka tidak bosan?
Jadi, kami ingin berbagi ilmu, isu terkini, dan penderitaan yang kemasannya relevan terhadap kondisi saat ini.
Mencerdaskan anak bangsa itu tugas bersama. Ada pemerintah, Kemnaker, sampai universitas.
Memperlihatkan dua perspektif
Selain tidak menggurui, konten kami memperlihatkan dua perspektif, dari kandidat atau karyawan dan perusahaan. Misalnya, konten kami tentang mempertahankan karyawan yang ingin resign.
Dari sisi karyawan, ia layak dipertahankan karena performanya bagus. Kalau merekrut karyawan baru akan mengeluarkan biaya lebih tinggi, proses lama, harus melatih lagi, dan itu pun belum tentu cocok.
Dari sisi perusahaan, kalau yang bersangkutan dipertahankan, maka karyawan lain melakukan hal yang sama. Mereka akan mengancam resign dan minta naik gaji.
Jadi, konten kami memberikan insight dari kedua sisi.
Leave a Reply