Doni Arzinal HRPods

Best Practice Mengelola Tim Dari Doni Arzinal 

Pemimpin tak sekadar mementingkan kinerja pribadi dan mendelegasikan tugas saja. Pemimpin yang berdampak terhadap perubahan perusahaan harus memiliki komunikasi terbuka dengan anggota timnya. 

Itu artinya, ia memiliki hubungan baik dengan tim, menyesuaikan gaya interaksi, serta menumbuhkan rasa saling percaya.  

Karyawan yang bekerja di bawah pemimpin seperti itu cenderung lebih bahagia dan produktif. Langkah tersebut menghasilkan peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan. 

Doni Arzinal sebagai Head of IT Management Office BRI–kini menjabat sebagai Assistant Vice President–membagikan best practice mengelola tim kepada HRPods, Selasa (03/08/2023), di Gedung BRI II, Jakarta.  

Best Practice Mengelola Tim Bagi Pemimpin

Komunikasi adalah kunci 

Sebelum 2020, saya memiliki tim campuran, internal dan eksternal, yang bertugas menjalankan proyek. Mulai 2020, saya mempunyai tim internal di IT Management Office Team dengan tugas kerja lebih luas lagi.  

Pada dasarnya, best practice saya seperti yang dilakukan oleh pemimpin lain. Namun, yang pertama dan utama adalah membangun komunikasi dengan tim.  

Minimal saya melakukan rutinitas, seperti daily stand-up. Sebelum memulai bekerja, saya dan tim memberikan informasi tugas yang akan dikerjakan. Sorenya, kami memperbarui tugas yang telah diselesaikan dan akan dilanjutkan keesokan harinya.  

Setiap bulan, kami ada one-on-one dan retrospective meeting. Di one-on-one meeting, saya akan bertemu dengan anggota tim, satu per satu secara formal atau kasual.  

Kami membahas performance tracking, seperti progres kinerja, masalah yang sedang dia hadapi, dan bantuan apa yang dia butuhkan dari saya. Bahkan mereka bicara soal development planning dan career aspiration. Saya terbuka dengan rencana karier mereka ke depannya. 

Sedangkan, retrospective meeting adalah wadah bagi tim untuk bermuhasabah. Di sini, masing-masing anggota dapat mengeluarkan pendapatnya. 

Kami juga akan melihat kinerja yang bagus akan tetap dilanjutkan, cara kerja kurang baik akan diubah, dan metode yang tidak menghasilkan akan kami hentikan. 

Sebagai tim, kami perlu sepakat soal komunikasi, termasuk jalur komunikasi yang digunakan untuk urusan kantor.  

Misalnya, kami akan berkomunikasi melalui communication tools yang disediakan oleh perusahaan untuk membahas pekerjaan. Kalau komunikasi memakai WA, dia akan terkena denda.

Networking dan mentoring 

Saat ini, saya banyak menjalankan networking. Bukan hanya networking dengan praktisi dan masuk komunitas IT saja, tetapi juga teman-teman HR. Jadi, saya sering mengikuti seminar dan webinar

Pun saya memiliki sesi mentoring dan coaching di kedua bidang tersebut. Misalnya, sesi coaching dengan Pak Arry Ekananta dan Mba Alinne Rosida.  

Dukung Pengembangan Keterampilan Dan Karier Karyawan 

Dalam mengelola tim, pemimpin harus mendukung pengembangan keterampilan dan karier karyawan. Seperti yang sudah saya sampaikan tadi, anggota tim bebas membicarakan karier mereka mendatang kepada saya.  

Tugas saya yang menjadi bagian dari tim IT adalah membuat learning strategy, termasuk kurikulumnya yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Bagaimana cara memberikan pembelajarannya? 

Strategi kami adalah 10/20/70. Dalam praktiknya, 10% adalah pembekalan teori kepada karyawan. Mereka dapat menggunakan platform pembelajaran daring, seperti Coursera dan Udemy. 

Di sana, terdapat mandatory course, di mana karyawan harus mempelajarinya. Ada pula selected course sesuai dengan pekerjaan atau tugas. Misalnya, AI engineer. Di selected course, dia mengambil kelas conversational AI untuk membuat chatbot for customer service

20% adalah pemberian program mentoring, coaching, komunitas belajar, dan gamification. Di sini, karyawan bisa meluangkan waktu, misalnya, dalam satu bulan dan selama satu jam, dia mempelajari materi bersama rekan setim. 

70% adalah bagian yang paling berdampak, karena karyawan wajib mengerjakan project assignment dari atasan. Misalnya, assignment untuk AI specialist adalah proyek BRIBrain atau AI di BRI.  

Dalam kerangka strategy learning, masing-masing peran memiliki role journey-nya. Mulai dari beginner, intermediate, sampai advanced.  

Waktu belajar mereka bisa sampai 236 jam atau lebih dari setahun kalau dihitung dari level beginner ke advanced.  

Mereka juga harus memperoleh sertifikat masing-masing level dan prosesnya tidak mudah. Kami akan melacak semua kegiatan itu di learning management system dashboard.  

Kami memahami bahwa pembelajaran di bidang teknologi adalah investasi. Hasil belajarnya pun tidak instan. Tidak tahun ini belajar, lalu langsung jago.  

Supaya pembelajaran tidak monoton, kami sediakan gamification di LMS. Jadi, semua orang tahu siapa yang menjadi top learner.  

Cara ini tidak hanya menarik, tetapi memacu karyawan untuk lebih semangat mengikuti materi pembelajaran dan menumbuhkan budaya belajar di tim IT.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *