Coaching dapat membantu organisasi mempertahankan karyawan berprestasi sekaligus menarik kandidat terbaik.
Jika upaya tersebut dilakukan secara konsisten, organisasi mampu meningkatkan laba. Namun, coaching saja tidaklah cukup.
Organisasi perlu mengoptimalkan sumber daya manusia dengan mendukung kesejahteraan mereka. Dengan demikian, mereka bekerja dengan bahagia, mengurangi turnover, serta meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Rudi Lim, Chief Manager Human Capital Management PT Bank Central Asia Tbk (BCA), menjelaskan strategi BCA dalam mengembangkan karyawan melalui coaching. Perbincangan dilakukan secara telekonferensi pada Rabu (16/06/2021).
Coaching Dorong Kompetensi Karyawan
Ketika berbicara mengenai pengembangan karyawan, itu tidak berhenti sampai training di BCA Learning Institute saja. Kami melakukan beberapa kebijakan.
Pertama, yang sifatnya reguler. Setiap karyawan wajib memenuhi learning base dalam satu tahun.
Mereka mengambil minimal dua learning base, baik itu program di kelas atau program e-learning atau webinar. Jadi, ada program yang bisa dihitung sebagai poin.
Kedua, COP atau community of practice. Jadi, masing-masing unit kerja membentuk COP. Setiap tahun, secara berkala mungkin ada 6x, mereka saling sharing knowledge dan skill.
Di sisi manajer, mereka punya KPI. Dalam siklus performance manager, mereka membuat sasaran bisnis hingga melakukan performance review.
Di antara itu, kami menyelipkan dua sesi minimal untuk performance coaching.
Performance coaching adalah ketika atasan mempunyai kewajiban untuk memberikan coaching ke anak buahnya.
Mereka akan melakukan, pertama, berkaitan dengn sasaran bisnis, seperti apa yang sudah tercapai dan belum tercapai.
Kedua, berkaitan dengan kompetensi karyawan. Di dalam performance period time, atasan menilai kompetensi karyawan.
Ketika ada kompetensi yang dianggap kurang, dia harus di-coaching. Manajer harus mencari cara bagaimana anggota timnya bisa meningkatkan kompetensi.
Ketiga, rencana pengembangan. Jadi, setiap individu pasti akan berbicara dengan atasannya. Misalnya, Si A tahun ini ingin mengembangkan X, lalu dia bisa ikut training atau coaching itu lebih lanjut.
Kalau sifatnya attitude atau perilaku, biasanya coaching akan didampingi oleh manajer atau coach. Kalau berupa knowledge dan skill akan dilakukan training internal, eksternal, atau diberikan mentor atau buddy.
Jadi, ini tergantung apa yang mau dikembangkan, termasuk juga diberikan penugasan khusus atau on the job training.
Kami percaya bahwa training hanya berperan 10% saja, 20% dibangun dari social network, entah itu mentoring atau teman, tetapi 70% justru dibangun dengan hands on pekerjaan, seperti on the job training, rotasi, mutasi, atau diberikan penugasan.
Contohnya ada staf yang tidak memiliki anak buah, kami mengembangkan bakat leadership-nya. Kami tugaskan dia menjadi ketua panitia ulang tahun BCA di unit kerja atau ketua panitia 17 Agustus. Hal itu menjadi program pengembangan yang sifatnya hands on.
BCA Dukung Kesejahteran Karyawan

BCA berupaya menerapkan work-life balance untuk mendukung kesejahteraan karyawan. Oleh karena itu, bank memiliki program Bakorseni, rekreasi, hingga sesi konseling.
Banyak orang luar memiliki kesan orang masuk BCA itu kerja terus. Sebenarnya, di dalam BCA, kami juga memperhatikan work-life balance.
Karyawan tidak melulu berurusan dengan pekerjaan dan target. Kami punya ruang untuk karyawan agar mereka dapat mengekspresikan hobi, talenta, dan minatnya.
Bakorseni
Kami punya Bakorseni atau badan koordinasi olahraga dan seni.
Bakorseni ini dibentuk untuk menangani kegiatan ekstrakulikuler di BCA. Ada penggemar sepeda, pendaki gunung, selam, lari, pokoknya macam-macam.
Mereka bebas untuk mengikuti ekstrakulikuler itu. Tujuannya untuk menyeimbangkan kondisi mereka dari urusan pekerjaan dan refreshing.
Rekreasi
Setiap tahun, BCA punya dana khusus untuk rekreasi untuk setiap karyawan.
Unit kerja memperoleh dana rekreasi per orang. Mereka boleh menentukan lokasi rekreasi, jalan-jalan ke mana, atau ingin makan-makan saja. Itu terserah unit kerjanya.
Pokoknya setiap tahun ada dana rekreasi. Misalnya, mereka jalan-jalan ke Puncak, Bandung, atau ke kota lain rasanya cukup, kecuali kalau ke luar negeri.
Sebelumnya ada yang sampai ke luar negeri. Sayang saja karena tahun lalu sudah pandemi, jadi tidak ada yang bisa pergi.
Memang, kami tidak mengizinkan mereka untuk berkumpul secara fisik. Jadi, mereka tetap menjaga social distancing. Kalau mereka ingin berkumpul secara online itu silakan.
Kegiatan kerja yang dikemas kekinian
Kami banyak kegiatan yang relate dengan pekerjaan tetapi dikemas lebih menyenangkan atau lebih santai.
Contohnya, kami ada lomba Tiktok atau lomba pantun tetapi pantun berkaitan dengan produk baru. Jadi tidak melulu hal-hal yang serius, tetapi juga kegiatan yang bersifat kekinian.
Ring the Bells dan Beautiful Life
Di luar itu, kami memiliki program untuk karyawan yang akan pensiun.
Jadi, lima tahun dan satu tahun sebelum pensiun, kami punya program Ring the Bells untuk mengingatkan, “Lima tahun lagi Anda pensiun, persiapan apa yang harus dilakukan.”
Ada pula program Beautiful Life, satu tahun sebelum pensiun. Di dalamnya ada bimbingan tentang kewirausahaan. Tujuannya agar setelah pensiun, mereka tetap produktif dan aktif.
Sesi konseling
Selain itu, kami juga bekerjasama dengan lembaga psikologi untuk menyelenggarakan sesi konseling bagi yang membutuhkan.
Jika ada karyawan yang secara mental atau psikologisnya terganggu atau merasa stres, mereka bisa mendaftar untuk bertemu dengan psikolog. Psikolog akan memberikan konseling kepada karyawan tersebut.
Mereka yang berkonsultasi tidak harus memiliki masalah pekerjaan. Buat yang punya masalah keluarga atau masalah dengan pasangan, semua bebas menggunakan sesi itu.
Hal itu semua untuk menjaga supaya karyawan tetap happy, produktif, dan bisa mengatasi kesulitan yang dialami.
Leave a Reply