Kode etik HRPods

Kode Etik Kembangkan Budaya Kerja Yang Etis

LRN Corporation baru saja merilis laporan Code Of Conduct 2024 yang menyoroti cara karyawan berinteraksi terhadap kode etik perusahaan. Hal itu berdampak pada langkah perusahaan untuk menginspirasi kinerja dan mendekati pengambilan keputusan etis di tempat kerja.

Laporan juga menyoroti berbagai temuan yang mencerminkan tantangan dalam promosi dan penegakan perilaku etis di tempat kerja. Adapun hasil laporannya:

Gen z lebih patuh terhadap kode etik

63% gen z lebih merujuk kepada kode etik dibandingkan generasi yang lebih tua (boomer sebesar 49%). Namun, kondisi ini paradoks karena mereka 2,5 kali lebih mungkin setuju bahwa melanggar aturan adalah hal yang dapat diterima untuk menyelesaikan pekerjaan.

Baca juga: Mengenal Tanda Diskriminasi Di Tempat Kerja

Korelasi yang jelas antara pelatihan dan praktik

Ada korelasi jelas antara pelatihan dan praktik kode etik. Responden yang banyak mengikuti pelatihan kode etik–di India 97% dan Tiongkok 91% karyawan–akan berinteraksi sesering mungkin dengan code of conduct (masing-masing 47% dan 40%) dibandingkan dengan mereka di Belanda–64% responden tidak mendapatkan pelatihan–yang tidak pernah berinteraksi dengan hal tersebut (35%).

Kesenjangan kepemimpinan

Kesenjangan masih terjadi antara cara pemimpin senior, manajer menengah, dan karyawan garis depan dalam penggunaan code of conduct. Sebesar 90% pemimpin senior percaya bahwa kode ini harus dipatuhi, tetapi keyakinan ini turun menjadi 81% pada manajer menengah dan 69% karyawan di garis depan.

Terlambat mengadopsi

Kini, semakin banyak perusahaan meluncurkan kode etik berbasis web atau interaktif. Namun, 1,7 kali karyawan lebih ingin membaca kode ini dalam format manual atau PDF. Ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu mengadopsi penggunaan alat digital dan menjelaskan kepada karyawan tentang keefektifannya. 

Hybrid work

Dalam pengaturan hybrid work, karyawan menunjukkan tingkat keterlibatan kode etik tertinggi. Ini menunjukkan bahwa terdapat pendekatan antara remote work dan work from office untuk memastikan program ethical and compliance lebih efektif.

“Temuan ini menekankan kompleksitas dalam membangun budaya etika yang kuat, karena setiap generasi membawa sikap, harapan, dan perilaku bervariasi di tempat kerja,” ucap Jim Walton, Advisory Services Director LRN dan penulis utama laporan, dalam keterangan pers, Senin (16/09). 

Artikel selanjutnya: 6 Cara Mengembangkan Etos Kerja

Kode etik, lanjut Walton, menjadi kunci untuk membimbing pengembangan budaya kerja yang etis dan patuh, sehingga perusahaan harus berpikir strategis serta kreatif tentang cara terbaik menjembatani kesenjangan antar generasi saat mereka membentuk budaya bisnis. Oleh karena itu, perusahaan juga perlu menggunakan alat kepatuhan yang inovatif agar mempermudah  karyawan untuk mengaksesnya. 

Selain laporan Benchmark of Ethical Culture 2024 yang digarap pada awal 2024, LRN juga menggunakan Code of Conduct Assessment Tool untuk menilai kode-kode yang ditampilkan dalam laporan dan mengevaluasi delapan dimensi berbeda dari kode etik yang efektif. Alat tersebut mencerminkan pedoman regulasi dan praktik terbaik dalam penerapan budaya etika dan kepatuhan.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *