Tantangan Tenaga Kerja HRPods

Tantangan Tenaga Kerja Pada Tahun Mendatang

Industri financial technology (fintech) di Indonesia tak hanya menghadapi tech winter. Ini adalah kondisi yang memperlihatkan penurunan kinerja perusahaan rintisan.

Fintech juga menghadapi sumber daya manusia unggul yang minim. Tak heran, di antara startup saling memperebutkan kandidat. Bagaimana tantangan tenaga kerja tahun depan bagi fintech?

Chief People and Corporate Strategy Officer DANA Agustina Samara memberikan pandangan mengenai kondisi ketenagakerjaan pada 2024, Selasa (17/10/2023), Capital Place, Jakarta.

Tantangan Tenaga Kerja: Memiliki Fresh Graduate Berkualitas

Kami aktif di berbagai kegiatan peningkatan sumber daya manusia, salah satunya adalah GNIK atau gerakan nasional Indonesia kompeten.

Tantangan kami adalah merekrut fresh graduate berkualitas agar siap bekerja. Jadi, kami bertukar pikiran bahwa pemerintah perlu membuat pendidikan vokasi supaya lulusannya siap kerja.

Pemerintah dan lembaga pendidikan juga perlu membuat kurikulum yang bisa diaplikasikan di tempat kerja. Kami senang ketika dosen-dosen sudah mempersiapkan mahasiswa siap untuk bekerja dan ada program magang Kampus Merdeka.

Kalau dari bidang fintech, kami masih perlu banyak SDM berkualitas. Saat ini, kehadiran mereka masih terbatas sehingga terjadi bajak membajak antar startup karena permintaan yang tinggi.

Berdasarkan data, pertumbuhan startup naik hingga 500% setelah pandemi. Banyak startup bermunculan dan mereka membutuhkan tenaga kerja.

Ketika merekrut kandidat, saya akan melihat knowledge, skill, dan attitude. Untuk mencari kandidat dengan tiga kombinasi tersebut cukup susah.

Ada sarjana komputer yang pintar sekali knowledge-nya, saat kita tes tentang program dasar, dia tidak bisa. Kandidat dengan IPK 4 tetapi tidak bisa bekerja. Ada pula kandidat yang pintar dan bisa bekerja, tetapi sombong atau bermasalah soal attitude.

Pada dasarnya, jika kandidat memiliki knowledge kurang, kami bisa memberikannya pelatihan. Kalau attitude agak susah diubah.

Menghadapi Generasi Instan

tantangan tenaga kerja hrpods

Di sisi lain, saya melihat bahwa tidak sedikit angkatan kerja saat ini memiliki mental instan.

Generasi instan yang rawan fragile. Kami tidak bisa menyalahkan mereka karena dilahirkan di zamannya.

Mereka seperti itu karena berbagai faktor. Ada faktor social media pressure, di mana ada netizen yang mengkritik bisa membuat dia sedih atau marah. Lingkungan sosial saat ini lebih kencang dibandingkan 20 tahun lalu.

Faktor teknologi yang semakin cepat membuat generasi ini tidak sabaran. Mereka maunya semua proses kehidupan serba cepat. Misalnya, tugas membuat summary, dulu kita harus membaca buku selama dua hari, sekarang ChatGPT bisa meringkasnya dalam hitungan detik.

Ketidaksabaran ini terlihat ketika ia menghadapi masalah di kantor. Jika dia tidak tahan dengan masalah atau tidak tahan uji, baru kerja enam bulan atau satu tahun, dia memilih pindah atau resign dari tempat kerjanya.

Pola asuh orang tua yang kurang kuat pun menjadi faktor yang melahirkan generasi instan. Misalnya, orang tua yang memanjakan anaknya tanpa memberikan kesempatan untuk berjuang, biasanya membuat anak akan labil sekali.

Oleh karena itu, kami sebagai perusahaan harus memahami kondisi tersebut. Kami akan mempersiapkan menjadi generasi unggul yang tangguh.

Sebut saja, kami memberikan pelatihan tentang emotional intelligence dan menyediakan tenaga profesional untuk membantu mereka meraih kestabilan fisik dan mental.

Sedangkan, HR harus passionate enough to see them bahwa mereka pintar meski belum dewasa dan belum punya wisdom.

Saya selalu bilang ke tim bahwa HR harus memberikan wisdom ke karyawan. Misalnya, kalau karyawan merasa sedang tidak baik-baik saja, dia bisa konsultasi ke rekanan psikolog perusahaan, everyone can talk to any level, dan di sini juga menerapkan whistleblower untuk melaporkan jika terjadi fraud atau pelecehan.

Bahkan, karyawan yang memiliki side job dapat mengatakan hal tersebut ke tim People dan manajernya karena kami mengutamakan integritas. Jadi, mereka dapat bekerja dan memenuhi KPI sembari menjalankan side job-nya.


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *