Kekerasan di tempat kerja adalah sebuah isu serius yang tidak boleh diabaikan. Jika memilih untuk diam menghadapi masalah ini, maka perusahaan berisiko menghadapi kerugian.
Kekerasan yang terjadi di lingkup perusahaan tidak hanya mengancam kesejahteraan karyawan, tapi juga dapat merusak budaya perusahaan dan produktivitas.
Maka dari itu, penting bagi HR untuk memahami dan mengatasi masalah ini dengan sangat serius.
Ruang Lingkup Kekerasan Di Tempat Kerja
Kekerasan di tempat kerja melibatkan tindakan (termasuk ancaman fisik dan non-fisik), pelecehan, intimidasi, atau perilaku mengganggu lainnya yang terjadi di lingkungan kerja. Tidak terkecuali tindakan ekstrem seperti pembunuhan.
Karyawan, klien, pelanggan, dan pengunjung dapat menjadi korban dan terpengaruh oleh fenomena ini.
Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko kekerasan di tempat kerja, terutama pada bidang-bidang tertentu. Pekerjaan di sektor layanan, perawatan, serta di lingkungan tempat minuman beralkohol disajikan berpotensi memicu situasi kekerasan.
Selain itu, aspek waktu dan lokasi kerja, seperti sif malam atau di daerah berisiko tinggi juga turut mempengaruhi risiko kekerasan.
Seperti Apa Kekerasan Di Tempat Kerja?
Agar bisa lebih melakukan tindak antisipasi kekerasan di tempat kerja, mari kenali ciri dan contoh kekerasan berikut ini.
Fisik Atau Psikologis
Meliputi tindakan seperti memukul, menendang, meninju, menampar, atau perilaku apa pun yang mengakibatkan cedera fisik yang disengaja. Jika terbukti bahwa perilaku kekerasan terjadi tidak disengaja, maka tidak bisa disebut tindak kekerasan.
Hal ini berlaku untuk kekerasan terhadap psikis pekerja.
Lisan, Tertulis, Atau Daring
Isinya bisa mencakup teriakan, sumpah serapah, hinaan, serta komentar kejam dan merendahkan lainnya yang bertujuan untuk menyebabkan penderitaan dan ketidaknyamanan. Termasuk juga ujaran kebencian yang beredar di media sosial (dengan konteks tempat kerja).
Insiden Satu Kali Atau Berulang
Ini bisa mencakup apa pun termasuk pelecehan dan penyerangan seksual, perilaku agresif yang menimbulkan rasa takut akan kekerasan. Dan itu semua dilakukan lebih dari satu kali alias berulang.
Bahkan tindakan yang tidak terasa secara fisik seperti menguntit, mengancam, praktik perpeloncoan untuk pekerja baru, dan kekerasan berbasis gender atau orientasi seksual.
Pelaku Dan Korban
Perilaku ini dapat timbul dari berbagai sumber, termasuk:
- Kekerasan dan agresi eksternal dari pelanggan, klien, pasien, masyarakat, atau entitas bisnis lainnya, mulai dari konflik antara pipa ledeng dengan sub-kontraktor listrik di lingkungan kerja yang sama, atau antara petugas pengiriman dan pekerja eceran.
- Kekerasan internal dan agresi dari sesama rekan kerja, supervisor, hingga manajer.
Hal yang Tak Kalah Penting: Dampak kekerasan!
Kekerasan di tempat kerja dapat berdampak signifikan pada kesehatan pekerja baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Hal ini dapat mengakibatkan cedera fisik, gangguan kesehatan, serta memberikan dampak psikologis bagi korban dan saksi. Dampak-dampak tersebut meliputi:
- Perasaan terasing, isolasi sosial, atau keretakan hubungan keluarga.
- Penurunan rasa percaya diri dan penarikan diri.
- Luka fisik akibat serangan.
- Tingkat stres, depresi, kecemasan, atau gangguan stres pasca trauma (PTSD).
- Kemungkinan munculnya penyakit seperti gangguan kardiovaskular, masalah muskuloskeletal, penurunan kekebalan tubuh, dan gangguan pencernaan akibat stres.
- Risiko munculnya pikiran untuk bunuh diri.
7 Langkah Pencegahan Kekerasan Di Tempat Kerja

#1 Buat Program Pencegahan Kekerasan
Langkah awal dalam mencegah kekerasan di tempat kerja adalah merumuskan kebijakan karyawan yang merinci perilaku yang diterima dan tidak diterima.
Kebijakan ini meliputi berbagai bentuk kekerasan umum di tempat kerja, melawan diskriminasi, pelecehan berbasis ras atau seksual, penggunaan obat terlarang dan alkohol, serta prosedur keselamatan.
Sebarkan kebijakan ini ke karyawan, manajer, pimpinan, dan pekerja kontrak. Pastikan juga pembuatan prosedur pengaduan yang cermat dan komunikasikan ini dalam kebijakan perusahaan.
Salah satu contoh penting adalah kebijakan nol toleransi, artinya tindakan kekerasan tak akan ditoleransi. Ini memberi karyawan keberanian melaporkan individu berpotensi berbuat kekerasan dan mencegahnya sebelum terjadi.
Dengan mengintegrasikan prinsip nol toleransi dalam rencana darurat, risiko insiden kekerasan bisa ditekan.
#2 Tingkatkan Keamanan Fisik Di Lingkungan Kantor
Pengusaha dapat mencegah kekerasan di tempat kerja dengan keamanan tambahan seperti penerangan/lampu dan pengamanan fisik.
Analisis risiko perlu dilakukan untuk mengidentifikasi potensi kerentanan dan mencegah akses ilegal. Area-area eksterior juga perlu diperhatikan, terutama yang cenderung gelap dan sepi. Penggunaan kamera keamanan dapat ditingkatkan untuk memperluas jangkauan pengawasan.
#3 Batasi Akses Pihak Lain
Melansir ILO, sebanyak 85% kasus pembunuhan di tempat kerja dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kaitan dengan perusahaan.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk membatasi akses bagi pengunjung yang tidak terlibat dalam kegiatan perusahaan, sebagai upaya mencegah kekerasan dari luar memasuki lingkungan kerja.
Langkah ini juga bertujuan untuk menghindari potensi crime of opportunity, di mana situasi tidak aman seperti pintu atau gerbang terbuka dapat memicu terjadinya kekerasan.
#4 Jalankan Pelatihan Pencegahan Kekerasan Di Tempat Kerja
Lakukan pelatihan agar karyawan sadar terhadap ancaman penyusup dan risiko yang nyata. Dorong mereka melaporkan tindakan mencurigakan atau potensi kekerasan.
Pastikan panduan pelaporan jelas dan tepat waktu, mengingat setiap detik berharga dalam situasi berbahaya.
Dalam beberapa kasus, karyawan dapat membantu meredakan situasi berbahaya dengan intervensi non-kekerasan untuk mencegah konfrontasi fisik.
#5 Pastikan Perusahaan Melindungi Keamanan Karyawan
Perusahaan bisa memilih perangkat lunak modern berbasis seluler yang dirancang khusus untuk meningkatkan keselamatan mereka dalam situasi berbahaya atau mengancam nyawa.
Ini akan bermanfaat untuk pekerja di level dan sektor tertentu yang membutuhkan keamanan lebih.
#6 Komunikasi Secara Efektif
Menghubungkan informasi penting adalah kunci pencegahan kekerasan di tempat kerja. Rapat rutin tim diperlukan untuk diskusi pekerjaan dan penyelesaian konflik.
Ini membantu meredakan ketegangan yang bisa berkembang menjadi kekerasan.
Melalui komunikasi yang terbuka, karyawan diajarkan menangani perbedaan dengan bijak dan sumber daya manusia terlibat jika diperlukan. Sistem pemberitahuan karyawan yang efektif harus ada untuk menginformasikan situasi berisiko.
#7 Miliki Kebijakan Dalam Pencegahan Dan Penyelesaian Masalah Kekerasan
Kebijakan tempat kerja adalah instrumen penting dalam mencegah dan menanggapi kekerasan, serta mengatur norma perilaku.
Kebijakan ini dapat mencakup:
- Penegasan bahwa tempat kerja tidak mentolerir kekerasan, termasuk dari berbagai pihak seperti klien, pelanggan, atau rekan kerja.
- Deskripsi perilaku yang diizinkan dan yang dilarang.
- Tindakan pencegahan kekerasan, termasuk edukasi hal-hal yang dapat memicu konfrontasi.
- Prosedur menangani insiden kekerasan, termasuk konsekuensinya.
- Tanggung jawab manajemen, atasan, dan pekerja.
- Fasilitas pelaporan insiden dan pentingnya melaporkan bahkan kejadian kecil sekalipun.
- Proses organisasi dalam menangani laporan dan memberikan dukungan.
- Konsultasi dengan pekerja dan/atau serikat pekerja dalam pengembangan kebijakan.
- Kesadaran dan pemahaman pekerja tentang kebijakan serta standar perilaku yang diharapkan.
Artikel terkait: Memahami dan Membentuk Lingkungan Kerja Yang Baik
Penutup
Dalam menghadapi ancaman kekerasan di tempat kerja, kebijakan dan tindakan proaktif sangatlah penting untuk dilakukan.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan, seperti kebijakan anti-kekerasan yang jelas, pelatihan karyawan, dan pengamanan fisik, kita dapat membentuk lingkungan kerja yang aman.
Mempertimbangkan dampak jangka pendek dan panjang dari kekerasan, upaya kolektif untuk menciptakan budaya yang mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan akan berbuah positif.
Melalui kerjasama antara manajemen, karyawan, dan pekerja, kita dapat merangkul perubahan positif dan menghadapi tantangan kekerasan di tempat kerja dengan tanggung jawab.
Leave a Reply